Senin, 21 Januari 2013

Mengenal CCTV

Saya akan mencoba menjelaskan perbedaan sistem camera pada instalasi CCTV. Hal ini saya anggap cukup penting, sebab merupakan pengetahuan dasar (basic knowledge) yang harus dimiliki. Tanpa mengetahui prinsip dasar, kadangkala kita kesulitan dalam menjelaskan kepada client yang awam, disamping itu saya akan  berikan sedikit gambaran tentang apa keuntungan dan kelemahan dari masing-masing sistem yang nantinya dapat menjadi pegangan bagi para client dalam menentukan peralatan camera yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. Adapun yang saya maksud di sini adalah sistem camera di bawah ini:
  1. Analog Camera.
  2. IP Camera.
  3. Single Coaxial Camera.
  4. Video Balun.
  5. PTZ Camera.
  6. Speed Dome Camera.
  7. Wireless Camera.
  8. WiFi Camera.
Saya akan coba jelaskan tentang sistem camera di atas.

Analog Camera dan IP Camera
Pada CCTV, istilah analog camera hanya dipakai saat kita membahas IP Camera dengan tujuan agar bisa dibedakan satu sama lain. Analog camera adalah camera CCTV biasa yang memakai kabel coaxial, sedangkan IP Camera adalah analog camera yang memakai kabel UTP Cat 5. Kendati memakai kabel yang sama,  yaitu UTP Cat 5, tetapi mohon dicatat IP Camera bukan termasuk bahasan dalam materi Video Balun. IP Cam adalah camera yang menggunakan teknologi Internet Protokol (disebut juga dengan protokol TCP/IP), sedangkan Video Balun adalah alat pengubah kabel Coaxial  ke kabel  UTP. Keduanya memakai kabel yang jenisnya sama, yaitu UTP Category 5 (Unshielded Twisted Pair).




cctv surabaya 
Keuntungan sistem camera analog, diantaranya:

  1. Tidak memerlukan pengetahuan rumit dalam mempelajarinya.
  2. Variasi produk sangat banyak, mulai dari Camera, DVR dan peralatan pendukung lainnya.
  3. Harga lebih murah dibandingkan IP Camera yang kelasnya sama.
  4. Konfigurasi peralatan dan setting lebih mudah.
  5. Kualitas gambar sangat baik dan gerakan objek tampak real.
  6. Rambatan video lebih jauh, sehingga kabel bisa lebih panjang.
Adapun kekurangan camera analog adalah:
  1. Instalasi kabel sedikit lebih "berat" daripada IP Cam.
  2. Harga kabel coaxial dan connector BNC lebih mahal ketimbang kabel UTP dan RJ-45.
  3. Memerlukan kabel yang lebih banyak untuk power, data dan video.
  4. Lebih mudah dipengaruhi noise dan interferensi.
  5. Peralatan yang diperlukan untuk mengintegrasikan sistem lebih banyak.
cctv surabaya

Keuntungan IP Cam dibanding Analog:

  1. Instalasi kabel lebih sedikit dan ringkas.
  2. Biaya kabel, connector dan material bantu lainnya bisa lebih murah.
  3. Tahan terhadap noise dan interferensi.
  4. Transmisi video lewat udara (wireless)  jauh lebih baik dan aman dari penyadapan.
  5. Peralatan yang diperlukan untuk mengintegrasikan sistem lebih sedikit.
  6. Teknologi IP terus berkembang pesat, sehingga featurenya bisa lebih baik untuk masa datang.
Sedangkan kekurangan IP Cam diantaranya adalah:
  1. Diperlukan pemahaman yang mantap terhadap dasar-dasar jaringan LAN dan Internet.
  2. Setting lebih rumit.
  3. Panjang kabel UTP dibatasi oleh angka yang "masyhur", yaitu hanya 100m saja. 
  4. Harga cameranya lebih mahal, demikian pula dengan harga adaptor PoE (Power over Ethernet).
  5. DVR standalone yang langsung support IP Camera masih sedikit dan sangat mahal.
  6. Software NVR (Network Video Recorder) berharga mahal untuk 4 channel ke atas (tidak gratis).
  7. Bandwidth menjadi isu penting.
  8. Dibanding analog, gerakan objek umumnya mengalami perlambatan / efek moonwalk (kecuali pada produk yang high-end). 
One Coaxial Camera (Single Coaxial Cable)
Teknik single coaxial  cable tergolong teknologi lama. Melalui teknik ini sinyal video dan power dapat mengalir bersama di dalam satu kabel coaxial, tanpa mengakibatkan terjadinya "konsleting". Ini disebabkan karena sinyal video dan power memiliki karakteristik berbeda. Video memiliki bentuk sinyal komposit sedangkan power DC berbentuk linear (lurus). Dengan demikian, maka untuk "mencampur" kedua sinyal ini diperlukan adaptor khusus yang berfungsi pula sebagai power supply seperti diperlihatkan pada gambar di bawah ini:
cctv surabaya 
Keuntungan Single Coaxial Cable
  1. Instalasi mudah, karena per camera benar-benar hanya memerlukan satu kabel coaxial saja.
  2. Dilihat dari sudut estetika ruangan, satu kabel coaxial lebih "enak dipandang" ketimbang beberapa kabel yang menjulur dari atas plafon.
  3. Tidak perlu memikirkan lagi sumber tegangan untuk camera.
  4. Total biaya kabel bisa lebih murah.
  5. Instalasi bisa lebih cepat.
Kelemahan Single Coaxial Cable:
  1. Harga camera dan power supply adaptor lebih mahal ketimbang camera biasa (analog).
  2. Adaptor/power supply harus khusus, sehingga vendor harus menyediakannya saat terjadi trouble (tidak bisa diganti dengan adaptor plug-in biasa).
  3. Kabel coaxial yang bertegangan 28VDC rentan terhadap konslet (harus extra hati-hati dalam instalasi).
  4. Untuk camera moving (bergerak), jika tidak built-in, diperlukan lagi alat tambahan yang harganya masih terbilang mahal.
  5. Popularitasnya belakangan ini tergusur oleh kehadiran video balun.
Untuk instalasi yang lebih profesional, alat yang disebut VDS bisa menjadi solusi sekalipun harganya mahal.  Sistem VDS bisa digambarkan sebagai berikut:
cctv surabaya 

Unit yang dekat dengan camera disebut Sender (pengirim) sedangkan yang ujung sebelah kanan disebut  Viewer. Power supply ditempatkan pada unit Viewer dan dialirkan melalui kabel coaxial menuju camera. Tergantung dari panjang kabel, maka power supply ini bisa diatur agar tegangan di ujung camera tidak mengalami drop. Pilihannya adalah 18V - 21V - 24V - 27V dan diatur sampai lampu power pada Sender menyala merah.

Keuntungan sistem VDS yang kami bisa catat adalah:

  1. Menghemat biaya kabel.
  2. Mempermudah dan mempercepat instalasi.
  3. Mengurangi gangguan noise dan interferensi.
Adapun kekurangannya adalah:
  1. Peralatannya berharga mahal.
  2. Masalah dalam menempatkan unit Sender (untuk camera outdoor), karena Sender hanya untuk aplikasi indoor.
  3. Memerlukan lebih banyak BNC connector (yang pada gilirannya malah menambah cost!).
  4. Popularitasnya mulai kalah oleh Video Balun yang dinilai lebih ekonomis.
  5. Jarak maksimum "hanya" mencapai 500m (untuk kabel 5C-2V). Bandingkan dengan spec. Video Balun yang bisa mencapai jarak hingga 2000m!
PTZ Camera (Pan, Tilt, Zoom)
Pan tilt zoom camera (biasa disingkat PTZ) adalah camera yang bisa bergerak ke kanan kiri (pan), naik turun (tilt) dan melakukan fungsi zoom. PTZ camera  terbagi ke dalam dua kategori, yaitu: konvensional dan telemetry receiver. Perbedaannya terletak pada kabel yang digunakan. Sistem konvensional memerlukan sedikitnya 10 penghantar  (kabel isi 10), sedangkan telemetry receiver hanya membutuhkan kabel isi 2 saja. Lebih jelasnya mari kita lihat ilustrasi berikut ini:

cctv surabaya 

Pada sistem konvensional, untuk mengontrol camera diperlukan PTZ Controller. Controller ini memiliki  dua jenis tegangan output, yaitu DC12V untuk lensa dan AC24V atau 220V untuk motor. Pada bagian tengahnya terdapat knop potensiometer yang bertuliskan Lens Speed. Fungsinya untuk mengatur kecepatan Zoom, Focus dan Iris (kecuali untuk jenis Auto Iris).  Pada speed max. gerakan zooming akan cepat, karena tegangan yang keluar adalah 12VDC. Pada kondisi speed min. gerakan zoom akan lambat dan halus, karena tegangan output dari controller berkurang. Adapun kecepatan gerakan motor sudah tidak dapat diatur lagi (factory standard).

Saat ini PTZ konvensional masih cukup banyak dipakai (tepatnya: dipertahankan!) di berbagai tempat, seperti di kawasan industri, bank, public area dan kantor pemerintahan. Sekalipun masih berfungsi, namun peralatannya kebanyakan sudah tergolong "kuno".

Keuntungan dari sistem PTZ konvensional  adalah:

  1. Pan tilt head (motor) memakai tegangan biasa, sehingga mudah dipahami.
  2. Harga peralatannya relatif murah.
  3. Analisa masalah di lapangan mudah dilakukan.
  4. Operator tidak memerlukan pengetahuan khusus dalam mengoperasikannya.
Sedangkan kekurangan dari sistem PTZ konvensional ini, diantaranya adalah:
  1. Memerlukan banyak penghantar -minimal kabel isi 10-, sehingga instalasinya lumayan berat.
  2. Tegangan 12VDC untuk lensa tidak bisa mencapai jarak jauh, umumnya di bawah 200m saja.
  3. Harga multicore cable (kabel isi banyak) untuk jarak jauh terbilang mahal.
  4. Bentuk motor dan housing-nya besar, sehingga tidak kompak dan terkesan ketinggalan jaman.
  5. Popularitasnya mulai tergeser oleh sistem Receiver dan Speed Dome Camera.
Berbeda dengan sistem konvensional, kesulitan dalam instalasi kabel bisa teratasi dengan memakai sistem Receiver. Perbedaan dengan sistem konvensional diperlihatkan pada gambar di bawah ini:







cctv surabaya 
Dengan adanya Receiver, maka kabel menuju camera cukup memakai isi 2 saja. Konsekuensinya, untuk mengontrol camera kita memerlukan satu unit Keyboard. Receiver diletakkan sedekat mungkin dengan motor dan camera, misalnya pada satu tiang yang sama. Oleh karena receiver, motor dan camera jaraknya dekat, maka kabel isi 10 yang dipakaipun tidak perlu panjang, cukup 1 meter saja bahkan adakalanya kurang. Hal ini -sekali lagi- disebabkan karena receiver hanya perlu kabel isi 2 dari Keyboard. Sekarang yang ada di kabel ini bukan tegangan analog lagi, melainkan data yang populer dengan sebutan RS-485. Untuk dapat saling "berbicara", maka baik keyboard maupun receiver perlu memakai bahasa yang sama. Bahasa ini disebut dengan istilah protokol. Salah satu protokol populer saat ini adalah Pelco-D. Untuk itu, maka setting protokol pada keyboard dan receiver harus sesuai (match). Penyetelan pada receiver dilakukan melalui DIP Switch, sedangkan pada keyboard selain DIP Switch ada juga yang melalui menu.

Ketentuan umum lainnya adalah: satu camera satu receiver. Jadi, apabila ada 5 titik camera, maka kita memerlukan 5 unit receiver. Untuk membedakannya, maka setiap receiver harus memiliki address sendiri. Pengaturan yang paling bagus adalah Camera no. 1 memiliki receiver dengan address 001, camera 2 address receiver 002, Camera 3 address receiver 003 dan seterusnya hingga mencapai jumlah maksimum tertentu (bisa 32, 64, 128 atau 255 address tergantung spesifikasi dari factory). Sangat disarankan agar Receiver dan Keyboard berasal dari merk yang sama agar diperoleh kompatibilitas penuh. Tetapi jika hanya untuk aplikasi pan, tilt dan zoom saja, perbedaan merk bisa diabaikan asalkan keduanya bisa bekerja pada protokol yang sama. Namun fungsi lain di luar itu tidak akan bekerja, misalnya fungsi Auto Pan dan Camera Menu.

Keuntungan sistem Receiver:

  1. Instalasi kabel lebih ringan.
  2. Jarak Keyboard dan Receiver bisa mencapai hingga 1200m.
  3. Biaya kabel bisa ditekan secara signifikan.
  4. Memiliki kehandalan yang tinggi.
  5. Tersedia Receiver untuk aplikasi indoor maupun outdoor.
Kekurangannya antara lain:
  1. Harga Receiver dan Keyboard masih terbilang mahal.
  2. Tidak bisa melakukan fungsi preset, pattern, tour dan lainnya. (Nantikan penjelasannya pada pembahasan Speed Dome Camera)
  3. Fungsi tombol-tombol pada keyboard sering membingungkan Operator.
  4. Joystick keyboard adakalanya patah dan sulit diperbaiki.
  5. Pada keadaan tertentu keyboard suka macet.
Speed Dome Camera
Speed Dome Camera merupakan camera serba lengkap, karena memiliki lensa zoom hingga puluhan kali dan memiliki mekanisme pan tilt berupa motor servo yang gerakannya halus. Receiver telemetry-nya sudah ditempatkan di dalam (built-in), sehingga untuk fungsi PTZ kita hanya memerlukan kabel isi 2 saja. Bisa dikatakan saat ini camera jenis inilah yang paling disukai oleh user (kecuali harganya), karena desainnya kompak dan kualitas gambar sangat baik. Diagram untuk satu unit camera Speed Dome diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
cctv surabaya 

Gambar di atas memperlihatkan penarikan kabel untuk camera jenis ini. Kabel data ditarik dari Keyboard menuju camera pada jarak yang relatif jauh, yaitu hingga 1200m. Seperti bahasan terdahulu, bahwa komunikasi melalui RS-485 memerlukan apa yang disebut dengan Protokol, yaitu "bahasa" antara Keyboard dengan Receiver pada Speed Dome. Protokol yang populer diantaranya adalah Pelco D dan Pelco P. Sebagaimana bahasa manusia di dunia, maka ada juga nama protokol yang lainnya, seperti: Dynacolor, Kalatel, Lilin, Samsung, Dongyang, Panasonic, Philips, Sensormatic, DRX dan banyak lagi. Telah disinggung pula, bahwa untuk memperoleh kompatibilitas penuh, maka sangat disarankan agar Keyboard dan Speed Dome berasal dari satu brand (factory). Jika berbeda, maka ada beberapa fungsi yang tidak support, sebut saja fungsi Auto Pan, Preset dan Camera Menu. Padahal ketiganya merupakan feature standar yang dimiliki oleh kebanyakan Speed Dome. Namun, apabila berbeda merk, fungsi tersebut umumnya gagal dioperasikan melalui Keyboard.

Dalam bekerja dengan Speed Dome, pemahaman istilah menjadi penting. Beberapa istilah itu antara lain:

RS485
Nama komunikasi data yang mengalir dari keyboard ke bagian receiver di dalam camera. Analogi dalam kehidupan sehari-hari: merk kendaraan yang dipakai.

Protokol
Bahasa standar yang digunakan oleh keyboard dan camera untuk saling "bicara". Analogi: penumpang kendaraan. Jadi, RS485 bisa diibaratkan sebagai kendaraan, sedangkan Protokol adalah penumpangnya. Protokol yang banyak digunakan adalah Pelco D.

Dome Address atau Camera ID
Alamat agar camera bisa dikontrol melalui keyboard tanpa "bentrok" satu sama lain. Misalnya: address 001 untuk Dome 1, address 002 untuk Dome 2 dan seterusnya sampai 255. Jadi, untuk mengontrol Dome 2, maka operator harus menekan 002 atau 2 terlebih dahulu pada Keyboard.

Pan
Gerakan ke kiri atau kanan (horizontal) dengan cara menggerakkan joystick keyboard.

Tilt
Gerakan naik turun (vertical) sebesar 90 derajat.

Auto Pan
Gerakan camera ke kanan dan kiri secara terus menerus. Khusus untuk Speed Dome, gerakan ini bisa pula disebut Swing.

Endless
Dome yang bisa berputar terus tanpa batas.

Preset
Titik-titik objek yang sudah diprogram sesuai keinginan user dan akan di-"memori" oleh camera. Misalnya Preset 1 mengarah ke Pintu Gerbang (Main Entrance), Preset 2 ke Areal Parkir, Preset 3 ke pintu masuk areal pabrik dan seterusnya. Jadi, operator cukup menekan tombol Call 1 pada Keyboard dan secara otomatis camera akan mengarah ke gerbang. Menekan Call 3, maka camera akan mengarah ke pintu masuk areal pabrik dan seterusnya. Preset berfungsi untuk menyingkat waktu dibandingkan dengan menggerakkan joystick. Oleh sebab itulah, maka muncul istilah High Speed Dome, yaitu dome dengan motor berkecepatan tinggi.

Menetapkan titik Preset disebut Set Preset, sedangkan memanggil titik preset disebut Call Preset. Dalam spesifikasi biasanya disebutkan berapa jumlah titik Preset yang bisa disimpan, umumnya 64 atau 128. Oleh karena disimpan di dalam memori camera, maka titik Preset pada setiap camera bisa dibuat sesuka hati.

Swing
Swing adalah gerakan pan di antara 2 (dua) titik Preset. Misalkan kita sudah menetapkan Preset 1 di Pintu Gerbang, sedangkan Preset 2 kita tetapkan  ke Areal Parkir. Apabila pada menu Swing kita pilih 1st Position=Preset 1 dan 2nd Position=Preset 2, maka saat Swing dijalankan dome akan bergerak bolak-balik dari dari Gerbang ke Areal Parkir. Jadi bisa dikatakan bahwa Swing identik dengan Auto Pan.

Pattern (Tour)
Pattern adalah pengulangan gerakan dome yang sudah di-pola sebelumnya oleh kita. Misalnya kita ingin menyimpan pola gerakan dome mulai dari gerbang masuk, lalu "menyapu" pelataran parkir, hingga ke pintu keluar. Maka, kita bisa membuat dulu Pattern-nya melalui menu Edit Pattern. Lalu kita  menggerakkan joystick dari pintu masuk, pelataran parkir hingga ke pintu keluar. Gerakan joystick ini di-save ke dalam memori speed dome, misalnya sebagai Pattern 1. Nah, jika satu saat operator ingin melakukan gerakan serupa, maka dia tinggal memanggil Pattern 1  saja. Adapun cara memanggil Pattern berbeda-beda tergantung pada merk produk, misalnya saja: 1 - Pattern.

Menetapkan Pattern disebut Edit Pattern, sedangkan memanggil Pattern disebut Run Pattern. Istilah lain untuk Pattern adalah Tour (tampaknya istilah ini lebih mudah dipahami!).

Group
Group merupakan kombinasi fungsi Preset, Swing dan Pattern. Misalkan kita menghendaki camera agar menjalankan urutan perintah ini:

  • Pertama ke titik Preset 1 dan diam 10 detik di titik ini.
  • Lalu ke Preset 2, diam 20 detik di titik ini.
  • Lalu Preset 5, diam 10 detik.
  • Lalu menjalankan Swing 1 selama 30 detik (misalkan Swing 1 sudah diprogram Preset 6 dan Preset 7)
  • Terakhir, menjalankan Pattern 1 yang sudah dipola sebelumnya.
Maka kita bisa memasukkan program tersebut ke dalam Menu Group, katakanlah Group 1. Jadi pada kesempatan lain, kita tinggal memanggil Group 1 untuk melakukan fungsi di atas. Fungsi ini cocok diterapkan di areal pabrik, sehingga petugas security tidak perlu terlalu sering memainkan joystick keyboard.

Auto Flip
Auto flip adalah feature yang memungkinkan camera membalikkan lensanya secara otomatis agar gambar tidak terbalik saat melakukan tilt lebih dari 90 derajat. Feature ini sangat berguna saat mengikuti gerakan orang yang berjalan terus ke arah camera sampai membelakanginya. Dengan auto flip, maka punggung orang tadi tidak akan "terbalik", karena lensa sudah membalik secara otomatis. Auto flip cocok diaplikasikan pada instalasi speed dome di tengah-tengah koridor hotel, hallway ataupun selasar.

Park
Park adalah satu titik yang diprioritaskan sebagai default, misalnya pintu gerbang masuk satu pabrik yang sudah ditetapkan sebagai Preset 1. Apabila operator tidak mengoperasikan Keyboard selama waktu tertentu yang diprogram, camera secara otomatis akan parkir di Preset no.1 ini. Waktunya bisa diprogram mulai dari 1 menit sampai dengan 4 jam.

Analog Wireless Camera
Seperti diketahui bersama, wireless camera adalah camera tanpa kabel. Sebagai media pengirim gambar dan suara digunakan frekuensi radio yang daya pancarnya kecil sampai beberapa ratus mili-watt saja (1 miliwatt = seperseribu watt). Oleh sebab itu pemakaiannya tidak memerlukan izin, karena selain dayanya kecil, alokasi frekuensi yang digunakanpun merupakan frekuensi yang dikategorikan "bebas pakai". Frekuensi yang paling populer adalah 900MHz dan 2400MHz (2.4GHz). Pada beberapa model, khususnya untuk WiFi Camera, ada yang menggunakan frekuensi 5.2/5.3GHz. Diagram untuk satu channel wireless camera analog adalah seperti ini:

cctv surabaya 

Dalam aplikasinya, kebanyakan wireless camera menghasilkan gambar yang tidak stabil, kecuali dalam jarak yang amat dekat. Hal ini disebabkan oleh sifat frekuensi tinggi 2400MHz yang berdaya kecil mudah diserap oleh benda-benda sekitarnya, terutama dinding dan pintu garasi jenis henderson (besi). Akibatnya gambar dan suara jadi timbul tenggelam dan goyang (istilahnya fading). Inilah kendala yang paling sering terjadi seputar aplikasi wireless camera, khususnya saat dipasang di atas pintu garasi luar menghadap ke pintu pagar. Untuk itu seorang installer harus pandai-pandai dalam mengatur posisi Receiver dan Transmitter, sebab sinyal transmisi sudah sangat kritis. Kadangkala dengan sedikit improvisasi, sinyal bisa "selamat" sampai ke receiver, misalnya dengan sedikit menarik kabel video agar jarak TX dan RX semakin dekat. Namun hal ini tentu harus mendapat persetujuan customer, karena menarik kabel jelas bertentangan dengan "filosofi" wireless itu sendiri.

Adapun keuntungan camera wireless analog diantaranya:

  1. Tidak perlu menarik kabel (jelas).
  2. Instalasi cepat.
Kerugiannya antara lain:
  1. Sinyal video dan audio seringkali tidak stabil.
  2. Satu camera/transmitter memerlukan satu receiver, sehingga kurang cocok untuk multi camera.
  3. Masing-masing unit memerlukan adaptor (yang harus menarik kabel).
  4. Sinyal sangat dipengaruhi objek/penghalang.
  5. Mudah terkena interferensi atau menginterferensi peralatan lain.
  6. Sinyal bisa "bocor" ke tetangga sebelah.
  7. Sinyal bisa "disadap" oleh alat Wireless Camera Hunter seperti ini:
  8. Harga lumayan mahal.
  9. Untuk operasi 24 jam unit Transmitter cenderung panas.
Untuk aplikasi indoor yang Transmitter dan Receiver-nya berada dalam satu ruangan, hasilnya masih terbilang baik. Namun, diakui atau tidak, pilihan untuk menggunakan wireless analog lebih disebabkan oleh faktor estetika ruangan, sebab sampai saat ini sistem kabel masih jauh lebih handal.

WiFi Camera
Saat ini wifi camera memiliki dua pengertian, yaitu;
  1. Camera yang menggunakan teknik wireless LAN.
  2. Camera yang memakai gelombang wifi sebagai pengganti lensa (teknik baru).Lebih lengkapnya lihat di sini.
Adapun dalam bahasan kita kali ini, wifi cam yang dimaksud adalah pengertian pertama, sebab pengertian kedua memiliki bahasan yang harus dicerna lebih mendalam. Secara sederhana satu sistem wifi cam bisa digambarkan seperti ini:

cctv surabaya 

Seperti terlihat dalam ilustrasi, Laptop bisa mengakses camera secara lokal dalam lingkaran "hotspot", misalnya di rumah tinggal, kantor, sekolah, bahkan di mall-mall (jika dipasang camera) dan sebagainya. Teknik wifi ini memiliki beberapa keuntungan (advantages) sekaligus pula kekurangan.

Keuntungan wifi cam menurut sisi kami adalah:

  1. Sinyal wifi memakai teknik digital, sehingga lebih stabil ketimbang wireless analog (yang memakai teknik modulasi) sekalipun kedua-duanya memakai frekuensi yang sama (2.4GHz).
  2. Lebih aman dari "bocor" ke tetangga ataupun penyadapan, karena sinyal datanya diacak dengan teknik khusus (encrypted data).
  3. Teknologi yang berbasiskan IP lebih handal dan trendy.
Sedangkan kekurangannya adalah:
  1. Memakai adaptor plug-in, sehingga masih tetap harus menarik kabel (setidaknya kabel listrik 220V).
  2. Untuk setting dan konfigurasi diperlukan pengetahuan LAN yang mantap (mumpuni).
  3. Jangkauan sinyalnya sangat pendek (terbatas).
  4. Tidak bisa dipasang dalam lantai yang berbeda.
  5. Kualitas gambar dan gerakan objek rata-rata masih di bawah camera analog, kecuali pada wifi cam merk terkenal.
  6. Bandwidth limitation masih merupakan kendala pada instalasi multi camera.
  7. Gerakan camera PTZ dengan mouse klik tidak se-linier joystick keyboard, tetapi step-by-step.
  8. Last but not least, harganya masih terbilang mahal untuk aplikasi rumah tinggal.

 Semoga apa yang saya postingkan ini bermanfaan bagi pembaca..



Copyright © 2012 Seventy five | Sword Art Online Theme| Powered by Blogger | Designed by Yoshua Marchiano